Telur pada unggas
mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada
masa penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari
sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia faali. Bertelur
sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas lebih besar dari pada telur
mamalia, karena telur unggas harus mengandung makanan untuk perkembangan
embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio unggas sangat
tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari
sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari
pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984).
Pada unggas betina
organ reproduksi ada dua, yaitu ovarium dan oviduct. Pada unggas betina organ
reproduksi bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik, tetapi
untuk bagian kanan mengalami rudimeter. Pada ovarium terdapat banyak folikel
dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang
telur (uterus) dan vagina (Anonim, 2012)
Ovarium adalah organ
primer reproduksi pada betina dan salurannya dinamakan dengan Oviduct . Bagian
dan fungsi dari Oviduct adalah sebagai berikut (Pramudiksa, 2013):
1. Infundibulum
Fungsi dari infudibulum
adalah untuk menangkap ovum yang sudah matang. Bagian ini sangat tipis dan
mempunyai panjang sekitar 9 cm, Bentuknya seperti corong atau fimbria yang
berfungsi untuk menangkap ovum yang sudah matang. Disini telur kuning berdiam
sekitar 15 sampai 30 menit.
2. Magnum
Merupakan saluran
terpanjang dari oviduct, panjangnya sekitar 33 cm. Ini merupakan tempat
terjadinya sekresi albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum
sekitar 3jam.
3. Isthmus
Panjang isthmus sekitar
10 cm, disini tempat terbentuknya membran sel atau biasa kita sebut selaput
kerabang lunak yang berfungsi untuk melindungi masuknya mikroorganisme kedalam
telur. Disini calon telur berdiam sekitar 1,5 jam
4. Uterus
Panjang uterus sekitar
10 cm sampai dengan 12 cm, disini tempat terjadinya pembentukan dan
penyempurnaan kerabang telur. Waktu proses ini sekitar 20 jam sampai 21 jam
5. Vagina
Panjang vagina sekitar
12 cm, Telur dalam vagina hanya tinggal dengan mucus yang berfungsi menyumbat
pori pori pada kerabang telur untuk mencegah infeksi bakteri
6. Kloaka
Kloaka merupakan bagian
paling ujung dari oviduct beberapa menit saja. Disini telur dilapisi.
Proses Pembentukan
telur ayam (Pramudiksa, 2013):
- Terbentuknya telur dimulai dengan terbentuknya kuning telur didalam ovarium,
- Ovum yang telah matang akan dilepaskan oleh ovarium dan ditangkap oleh Infundibulum, Kuning telur berada dibagian ini selama 15-30 menit tanpa adanya penambahan unsur lain.
- Dari infundibulum kemudian masuk ke bagian Magnum, disini albumen telur disekresikan. Proses ini memakan waktu sekitar 3 jam.
- Selanjutnya masuk ke bagian Isthmus, disini telur dibungkus oleh 2 buah selaput tipis (membran sel). Proses ini memakan waktu sekitar 1,5 jam.
- Setelah membran sel terbentuk, kemudian masuk kedalam Uterus, disini kerabang telur terbentuk. Proses ini memakan waktu sekitar 20-21 jam.
- Selanjutnya telur masuk kedalam vagina, disini hanya beberapa menit saja dan kemudian dikeluarkan melalui kloaka.
Proses pembentukan telur ayam membutuhkan
waktu sekitar 25 - 26 jam. Maka dari itu ayam tidak akan mampu bertelur lebih
dari 1 butir / hari.
Gambar 1: Proses Pembentukan Telur (Lintang,
2013)
Kalsifikasi cangkang
telur dimulai sebelum telur masuk ke uterus. Telur tersebut berupa yolk yang telah mengalami
pembungkusan oleh putih telur di magnum serta membran cangkang di isthmus.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut yaitu sekitar 180 menit di magnum
dan 75 menit di isthmus. Sekelompok kecil kalsium telah terlihat pada membran
cangkang bagian luar (outer shell membrane) sebelum telur meninggalkan
isthmus. Cangkang pertama yang dibentuk yaitu inner
shell berupa mammilary layer yang tersusun atas kristal
kalsit, diikuti dengan outer
shell yang dua kali
lebih tebal daripada inner
shell (Suprijatna et al.,
2005). Proses pembentukan cangkang telur memerlukan waktu sekitar 20 jam.
Cangkang tersusun dari timbunan kalsium karbonat (CaCO3) dalam suatu
matriks protein dan mukopolisakarida. Lapisan terakhir dari cangkang adalah
lapisan kutikula, yaitu material organik yang melindungi telur dari
mikroorganisme patogen dan meminimalkan penguapan air (Blakely dan Bade, 1998).
Formasi terbentuknya kerabang telur dengan
adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus
yang akan membentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk
karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang
terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh
enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion
bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas.
Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat
di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada
gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan
kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium
akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al., 1979)
Gambar 2: Pembentukan kerabang telur dalam uterus (Nesheim et
al., 1979)
Pembentukan
kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari
kerabang telur adalah putih dan coklat,
yang pewarnaannya tergantung pada genetik setiap individu (North,
1978). Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 –70%) dan
disekresikan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan kerabang berakhir dengan
terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus berupa material
organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selubung menyelimuti telur yang
akan mempermudah perputaran telur masuk ke vagina. Pada kutikula terdapat
lapisan porus yang berguna untuk sirkulasi air dan udara.
Rata-rata keseluruhan interval antara dua telur yang
dikeluarkan dalam suatu clutch adalah
27 jam. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur
sebelumnya dikeluarkan. Jika sebutir telur keluar setelah pukul 14.00, ovulasi
berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu 16 – 18 jam (Blakely dan Bade, 1998).
Hal ini berkaitan dengan kurangnya cahaya yang menstimulasi kelenjar pituitary
untuk mensekresikan FSH yang merangsang kerja ovarium (Suprijatna et al., 2005)
DAFTAR
REFERENSI
Anggorodi R., 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT
Gramedia. Jakarta.
Anonim,
2012. Proses Pembentukan Telur. http://agekrw17.wordpress.com
/2011/06/10/proses-pembentukan-telur/
Diakses tanggal 19 Pebruari 2014
Blakely,
J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono).
Lintang,
2013. Pembentukan Cangkang Telur dan
Kulaitas Eksterior. http://lintangrinastiti.
blogspot.com/2013/08/pembentukan-cangkang-telur-dan-kualitas.html.
Diakses tanggal 19 Pebruari 2014
Nesheim,
M.C. dan Austic, R.E.. 1979. Poultry Production. Lea and Febiger,
Philadelphia.
North,
M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. VanNostrand
Reinhold,New York.
Pramudiksa,
A. 2013. Proses Pembentukan Telur Ayam. http://duniatentangayam.
blogspot.com/2013/11/proses-pembentukan-telur-ayam.html.
Diakses tanggal 19 Pebruari 2014
Suprijatna, E., U.
Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Komentar