RESUME
Wawasan Sosial Budaya Maritim
“Dimensi Benua Maritim Indonesia”
OLEH:
Nama :
Sukandi
NIM : I 111 12 044
NIM : I 111 12 044
Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum
Universitas Hasanuddin
Makassar
2013
Dimensi Benua Maritim Indonesia
A.
Pendahuluan
Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa
Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang
merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan
geografis.
Ketika rakyat Indonesia, terutama
para pemudanya, melancarkan gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimulai
dengan menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang mengatakan
bahwa kebangsaan Indonesia adalah satu illusi belaka. Di antara mereka tidak
hanya terdapat kaum politik kolonialis yang tidak sudi melihat Indonesia
merdeka, tetapi juga pakar ilmu sosial yang melihat persoalannya dari segi
ilmiah. Malahan ada pula orang Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan
pandangan kolonial itu dan turut berpikir serta berbicara seperti pihak
penjajah.
Orang yang berpikiran demikian
mengatakan bahwa dalam kenyataan Indonesia tidak ada . Yang ada yalah Jawa,
Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda, Ambon, Menado dan segenap suku yang tinggal di
kepulauan Nusantara ini. Sebab, kata mereka, tiap-tiap suku itu mempunyai
kebudayaannya sendiri yang sepenuhnya otonom, meskipun ada segi persamaan satu
sama lain. Bahkan bahasa saja ada sama banyaknya dengan jumlah suku, belum lagi
kalau dihitung dialek yang ada. Selain itu rakyat hidup di sekian banyak pulau
yang satu sama lain dipisahkan oleh selat dan bahkan lautan yang dalam, dan
karena itu tak mungkin dapat bersatu sebagai satu bangsa. Kata mereka,
Indonesia kalaupun ada, hanyalah karena ada kekuasaan Belanda atau penjajah
lain. Begitu kekuasaan Belanda itu hilang, kata mereka, Indonesia tidak akan
ada. Sebab setiap suku itu pasti menghendaki kemerdekaannya masing-masing.
Akan tetapi pemuda Indonesia tidak
terhenti perjuangannya oleh pendapat demikian, sekalipun juga diucapkan oleh
sementara orang Indonesia sendiri. Pergerakan kebangsaan makin berkembang dan
menguat di seluruh sudut kepulauan Nusantara. Akhirnya bangsa Indonesia
berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
membangun Republik Indonesia sebagai negara kebangsaan yang dijadikan wahana
utama bagi pencapaian tujuan bangsa, yaitu terwujudnya kehidupan bangsa yang
lebih baik dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam masyarakat yang
maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Mereka yang tidak setuju dengan
eksistensi Indonesia terus melawan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Mereka gunakan isyu politik bahwa kemerdekaan yang hendak diwujudkan itu tidak
lain dari usaha suku Jawa untuk menjajah suku-suku lainnya. Satu bentuk
imperialisme Jawa yang hendak menghidupkan kembali kekuasaan Majapahit atas
suku bangsa lainnya.
Kemudian penjajah Belanda membentuk
negara di setiap suku bangsa Indonesia yang mereka kuasai. Terbentuklah Negara
Pasundan, Negara Sumatra Timur, Negara Indonesia Timur dan lainnya; semua itu
untuk melawan terwujudnya Republik Indonesia yang sungguh-sungguh merdeka.
Sebab semua negara yang dibentuk penjajah itu mengakui kekuasaan Belanda. Akan
tetapi penjajah tidak konsekuen dan di situ tampak kelemahannya ketika ia membentuk
Negara Indonesia Timur dan bahkan menggunakan itu sebagai kartu utamanya untuk
melawan Republik Indonesia. Kalau Belanda konsekuen dengan pendiriannya bahwa
tak mungkin ada kebangsaan Indonesia karena eksistensi suku yang otonom dan
alasan geografis , mengapa ia adakan Negara Indonesia Timur yang di dalamnya
terdapat sekian banyak suku bangsa dan tinggal di pulau-pulau yang terpisah
satu sama lain. Maka jelas sekali bahwa segala ucapan dan pendapat yang
mengingkari eksistensi kebangsaan Indonesia adalah tipu daya kolonial belaka.
Sedangkan yang hakiki adalah
perasaan kebangsaan para pemuda Indonesia yang menumbuhkan kesadaran pada
pemuda Jawa, Sumatra, Maluku, Kalimantan dan lainnya untuk bergabung membentuk
pergerakan kebangsaan Indonesia. Tidak ada yang memaksa para pemuda itu untuk
meninggalkan sifat kedaerahan atau kesukuannya dan menjadikan dirinya bagian
dari kebangsaan Indonesia. Itu adalah perasaan murni yang timbul dalam diri
mereka masing-masing. Mungkin dilihat dari sudut rasional sikap mereka kurang
masuk akal, karena waktu itu penjajah Belanda sepenuhnya menguasai Indonesia
atau Hindia Belanda. Dan hampir tidak ada indikasi bahwa Indonesia dapat
timbul. Bahkan perkataan Indonesia saja sudah merupakan lap merah bagi penjajah
dan dilarang penggunaannya. Sekalipun begitu para pemuda itu tanpa ragu-ragu
melanjutkan perjuangannya. Itu semua menunjukkan kemurnian usaha dan perasaan
mereka.
Memang Indonesia adalah satu
kenyataan dan diteguhkan oleh ridho Illahi dalam wujud kehidupan bangsa merdeka
yang pada tahun 2012 telah berlangsung 68 tahun. Kenyataan itu semua menolak
segala kesangsian, baik yang bersifat ilmiah maupun politik, bahwa Indonesia
hanya mungkin ada karena dan kalau dijajah. Dalam 68 tahun bangsa Indonesia
berhasil mengatasi segala usaha pihak lain yang hendak merontohkan Indonesia,
dari luar maupun dari dalam. Bangsa Indonesia pun berhasil memperoleh pengakuan
eksistensinya dari semua bangsa di dunia, termasuk dari bekas penjajahnya.
Selain itu bangsa Indonesia berhasil memperoleh pengakuan bahwa wilayah
Republik Indonesia yang meliputi Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan
geografi. Dunia internasional mengakui eksistensi satu Benua Maritim Indonesia.
B.
Dimensi
Kewilayahan
Ditinjau dari kehidupan umat manusia , BMI dan planet bumi merupakan satu
klesatuan utuh. Dalam kaitan ini, setiap negara pantai memiliki tepi benua
sebagai bagian dari wilayah kedaulatan. Dengan ciri-ciri dan kondisi yang
terkait, maka BMI dalam pendayaguinaannnya mempunyai nilai tertentu yang tidak
sama bagi setiap wilayah atau kawasan di planet bumi.
Bangsa Indonesia sepenuhnya pula sadar bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
sekian banyak suku dan golongan, masing-masing dengan kebudayaannya sendiri.
Demikian pula adanya kemungkinan bahwa rakyatnya melihat perairan yang ada
antara pulau-pulau bukan sebagai penghubung melainkan sebagai pemisah pulau
satu dengan yang lain. Sebab itu bangsa Indonesia mengambil sebagai semboyan
nasionalnya Bhinneka Tunggal Eka atau Kesatuan dalam Perbedaan. Timbul pula
kesadaran bahwa dapat timbul kerawanan nasional kalau tidak ada pendekatan
secara tepat. Pihak lain yang tidak mau melihat bangsa Indonesia maju pasti
akan memanfaatkan kerawanan demikian.
Maka untuk menjamin agar kesatuan Indonesia selalu
terpelihara, bangsa Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara. Pandangan itu
adalah satu konsepsi geopolitik dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan
Nusantara yang meliputi seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa di
atasnya beserta seluruh penduduknya adalah satu kesatuan politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan
perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara harus diaktualisasikan dan tidak
tinggal sebagai semboyan atau potensi belaka.
Untuk memperoleh aktualisasi Wawasan Nusantara ada
tiga kendala utama, yaitu:
Satu, Indonesia
belum menjalankan manajemen nasional yang memungkinkan perkembangan seluruh
bagian dari Benua Maritim itu. Meskipun pada tahun 1945 para Pendiri Negara
telah mewanti-wanti agar Republik Indonesia sebagai negara kesatuan memberikan
otonomi luas kepada daerah agar dapat berkembang sesuai dengan sifatnya, namun
dalam kenyataan selama 50 tahun merdeka Indonesia menjalankan pemerintahan sentralisme
yang ketat. Akibatnya adalah bahwa pulau Jawa dan lebih-lebih lagi Jakarta
sebagai pusat pemerintahan Indonesia, mengalami kemajuan jauh lebih banyak dan
pesat ketimbang bagian lain Indonesia, khususnya Kawasan Timur Indonesia. Kalau
sikap demikian tidak segera berubah maka tidak mustahil kerawanan nasional
seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat menjadi kenyataan yang
menyedihkan. Rakyat yang tinggal di luar Jawa kurang berkembang maju dan merasa
tidak puas dengan statusnya. Apalagi melihat kondisi dunia yang sedang bergulat
dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara untuk unggul dan
memenangkan persaingan itu.
Dua, meskipun
segala perairan yang ada di Benua Maritim Indonesia merupakan bagian tak
terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas
bangsa Indonesia lebih berorientasi kepada daratan saja dan kurang dekat kepada
lautan. Itu dapat dilihat pada rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari
70 persen penduduk Indonesia. Tidak ada titik di pulau Jawa yang melebihi 100
kilometer dari lautan. Dalam zaman dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan
Demak mayoritas rakyat Jawa adalah pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan
Majapahit dan Demak rakyat Jawa telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan
lautan yang ada di sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai
petani tanpa ada perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya
ikan dan hasil laut lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa
itu juga terlihat pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan
jauh lebih besar ketimbang ke lautan. Untung sekali masih ada perkecualian,
yaitu rakyat Bugis, Buton dan Madura dan beberapa yang lain, yang dapat
memberikan perhatian sama besar kepada daratan dan lautan. Menghasilkan tidak
saja petani tetapi juga pelaut yang tangguh. Gambaran keadaan umum rakyat
Indonesia amat bertentangan dengan kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah
sekitar 1,9 juta kilometer persegi, sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3
juta kilometer persegi. Apalagi kalau ditambah dengan zone ekonomi eksklusif
yang masuk wewenang Indonesia. Selama pandangan mayoritas rakyat Indonesia
terhadap lautan belum berubah, bagian amat besar dari potensi nasional tidak
terjamah dan karena itu kurang sekali berperan untuk meningkatkan kesejahteraan
bangsa. Malahan yang lebih banyak memanfaatkan adalah bangsa lain yang memasuki
wilayah lautan Indonesia untuk mengambil kekayaannya.
Tiga, kurangnya
pemanfaatan ruang angkasa di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan nasional,
khususnya pemantapan kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia belum
cukup menyadari perubahan besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar itu terutama
menyangkut teknologi angkutan dan komunikasi. Khususnya komunikasi elektronika
sekarang memungkinkan manusia berhubungan dengan cepat dan tepat melalui
telpon, televisi, komputer yang menghasilkan E-Mail dan Internet. Letak
kepulauan Nusantara sepanjang khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan
satelit yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan
ruang angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat penting
untuk pembangunan dan pemantapan kebudayaan nasional, khususnya melalui
televisi. Namun untuk itu diperlukan biaya yang memadai.
C.
Dimensi kehidupan Nasional
BMI sebagai aktualisasi Wawasan Nusantara dalam dimensi kehidupan nasional
mencaku[p kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Aktualisasinya
dalam kehidupan bermasyarakat adalah kehidupan bersama yang saling berinteraksi
antara orang-orang dalam satu kelompok , dimana setiap orang atau pihak yang
berkepentingan terhadap pihakl lainnya saling mempunyai kewjiban.
BMI sebagai aktualisasi Wawasan
Nusantara tentunya mengandung tiga unsur pokok seperti yang dimiliki oleh
Wawasan Nusantara, yaitu wadah, isi, dan tata laku. Wadah konsepsi BMI
berbentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi daratan,
lautan dan udara yang di dalamnyamencakup wilayah laut Nusantara, wilayah laut
teritorial, serta wilayah laut landas benua dan ZEE sebagai hak kedaulatan dan
yuridiksi nasional.
Unsur isi BMI mencakup cita-cita
bangsa Indonesia yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bagi
seluruh bangsa indonesia, serta turut mewujudkan kebahagian dan perdamaian bagi
seluruh umat manusia. Konsepsi BMI juga bertujuan mewujudkan kesatuan di dalam
semua aspek kehidupan nasional , baik alamiah maupun sosial.
Tata laku merupakan proses atau
hasil interaksi antara wadah dan isi yang meliputi tata laku lahiriah dan
alamiah. Tata laku batiniah mencerminkankepribadian bangsa dalam pendayagunaan
BMI yang dijiwai oleh sikap mental bangsa yang luhur dn terpuji. Tata laku
lahiriah tercermin dalam tata perencanaan, tata pelaksanaan dan tata pengawasan
penyelenggaraan dan pengatuiran BMI yang berdasarkan kersejahteraan dan
keamanan, konsultasi dan kerjsama.
Daftar
Bacaan:
Tim Pengajar
WSBM. 2012. Himpunan Materi Kuliah
Wawasan Sosial Budaya Maritim. Makassar. UPT MKU Unhas.
Asih,
Murnia. 2011. Wawasan Nasional Bangsa dan
Negara Indonesia.| Http://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/30/wawasan-nasional-bangsa-dan-negara-indonesia.html.
diakses tanggal 1
Maret 2013..
Komentar